SEJARAH DINASTI ABBASYIAH
Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah
adalah kekhalifahan ketiga Islam untuk meneruskan Nabi Muhammad. Kekhalifahan
ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin
Abdul-Muththalib (566-652). Dinasti Abbasiyah memerintah sebagai khalifah di
Baghdad, Irak, setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah dalam Revolusi
Abbasiyah pada 750 masehi. Khalifah Abbasiyahmemindahkan Ibu Kota pemerintahan
dari Damaskus ke Baghdad. Selama lima abad pemerintahannya, kekhalifahan ini
berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.[1]
Kekhalifahan Abbasiyah berusaha menggulingkan
Kekhalifahan Umayyah karena mengklaim sebagai penerus sejati Nabi Muhammad,
berdasarkan garis keturunan mereka yang lebih dekat. Pemberontakan yang dilakukan
Bani Abbasiyah didukung oleh sebagian besar orang Arab yang dirugikan dengan
tambahan faksi Yaman dan Mawali mereka. Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas,
kemudian mulai menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan
kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar II.
Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan mereka semakin
memuncak. Akhirnya pada 750 masehi, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan
Dinasti Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.[2]
Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan
Abbasiyah menerapkan pola pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan
politik, sosial, dan budaya. Kekuasaan dinasti ini berlangsung selama lima
abad, yakni dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1258 M). Para ahli biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode, sebagai berikut.[3]
1.
Periode Pertama (750 M - 847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
2.
Periode Kedua (847 M - 945 M), disebut periode pengaruh Turki
pertama.
3.
Periode Ketiga (945 M - 1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani
Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah, disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.
4.
Periode Keempat (1055 M - l194 M), masa kekuasaan daulah Bani
Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah, disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.
5.
Periode Kelima (1194 M - 1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Baghdad dan
diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.[4]
Sementara pemimpin yang berhasil membawa
Kekhalifahan Abbasiyah pada masa keemasannya adalah sebagai berikut. Al-Mahdi
(775-785 M) Al-Hadi (775- 786 M) Harun Ar-Rasyid (786-809 M) Al-Ma'mun (813-833
M) Al-Mu'tashim (833-842 M) Al-Watsiq (842-847 M) Al-Mutawakkil (847-861 M).[5]
Pada masa kepemimpinan Al-Mahdi, perekonomian
mulai meningkat. Utamanya peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan
peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Selain
itu, para pedagang yang transit dari Timur dan Barat juga banyak membawa
kekayaan. Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya, Al-Ma'mun, kekayaan
negara banyak dimanfaatkan untuk keperluan sosial, seperti mendirikan rumah
sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Selama pemerintahannya, Bani
Abbasiyah berhasil mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan
menyuburkan ilmu pengetahuan. Faktor yang paling utama penyebab tumbuhnya
peradaban ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah didirikannya
tempat-tempat pendidikan, seperti akademi dan perpustakaan.[6]
Pada masa itu, perpustakaan berperan layaknya universitas pada zaman sekarang. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan berada pada zaman keemasannya. Hal tersebut menjelaskan perkembangan pada bidang ekonomi, pendidikan dan hukum pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa inilah negara Islam menempatkan diri sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.[7]
Runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut.
1.
Persaingan antarbangsa
2. Kemerosotan ekonomi
3. Perang salib
4. Serangan Bangsa Mongol dan jatuhnya Baghdad
DAFTAR PUSTAKA
Maryamah,
Maryamah. “PENDIDIKAN ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.” Tadrib 1, no. 1 (2015).
Nunzairina,
Nunzairina. “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan, Dan
Kebangkitan Kaum Intelektual.” JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam) 3, no. 2
(January 5, 2020).
Nunzairina.
“Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum
Intelektual.” Universitas Islam Negeri Islam Sumatera Utara 3 (2020).
Rosanti
Salsabila. “Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa
Modern.” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1 (2021).
Siti
Zubaidah. Sejarah Peradaban Islam. Cetakan 1. Medan: Perdana Publishing, 2016.
[1] Nunzairina, “Dinasti Abbasiyah:
Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual,”
Universitas Islam Negeri Islam Sumatera Utara 3 (2020): h. 93.
[2] Nunzairina, “Dinasti Abbasiyah:
Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual,” h. 94.
[3] Maryamah Maryamah, “Pendidikan
Islam Masa Dinasti Abbasiyah,” Tadrib 1, no. 1 (2015): 47–65, accessed February
26, 2023, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1036.
[4] Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban
Islam, Cetakan 1. (Medan: Perdana Publishing, 2016).h, 83.
[5] Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban
Islam, Cetakan 1. (Medan: Perdana Publishing, 2016).h, 93.
[6] Rosanti Salsabila, “Sejarah
Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa Modern.”
[7] Nunzairina, “Dinasti Abbasiyah:
Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan, Dan Kebangkitan Kaum Intelektual,” JUSPI
(Jurnal Sejarah Peradaban Islam) 3, no. 2 (January 5, 2020): 95, accessed
February 27, 2023, http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/4382.
Komentar
Posting Komentar